BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang masalah
Kita semua sangat tahu bahwa anak adalah
amanah. Tentu setiap orang tua berkeinginan mempunyai anak yang sholeh dan
taat. Karena anak adalah harapan setiap orang tua untuk menjadi generasi
penerus yang lebih baik dari dirinya. Namun untuk menjadikan anak seperti
harapan kedua orang tuanya, tentunya bukanlah hal yang mudah. Banyak orang tua
yang mengeluh terhadap perilaku anaknya. Hal tersebut acapkali memicu
kemarahan, bahkan kadang berujung pada cara kasar dan keras.
B. Rumusan
masalah
1. Apakah tugas dan kewajiban orang tua?
2. Bagaimana cara mendidik anak dalam
Islam?
C.
Manfaat dan tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
sebagaimana latar belakang di atas. Bahwa dengan mempelajari dan memahami tentang
tugas dan kewajiban orang tua terhadap anak, diharapkan sebagai orang tua mampu
mendidik dan membimbing anaknya karena anak adalah amanah dari Allah, dan kita
diperintahkan agar bisa menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya. Semoga kita
mampu menjaga dan menunaikan amanat yang diberikan kepada kita.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Pendidikan
A. Definisi
Umum
Pendidikan dapat diartikan sebagai Suatu metode
untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan
dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.
B. Kamus
Besar Bahasa Indonesia
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara dan pembuatan mendidik
C. Bahasa
Arab
berasal dari kata Tarbiyah, dengan kata kerja Rabba
yang memiliki makna mendidik atau mengasuh. Jadi Pendidikan dalam Islam adalah
Bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal anak
didik sehingga bisa terbentuk pribadi muslim yang baik
D. Dalilnya
Dan orang-orang yang berkata : "Ya
Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari isteri-isteri kami dan keturunan
kami kesenangan hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa." ( QS. Al-Furqan : 74 )
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim: 6 ).
"Apabila manusia mati maka
terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu bermanfaat,
atau anak shaleh yang mendo'akannya." (HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
E. Mengetahui
Tujuan Mendidik Anak
a. membentuk
pribadi anak yang shalih dan shalihah, mendekatkan diri kepada Allah dalam
rangka menggapai ridha-Nya. Anak yang memiliki keimanan kuat perlu dipersiapkan
sejak dini mengingat persoalan kehidupan yang akan dihadapi begitu berat. Hanya
orang-orang yang memiiki keimanan kuat yang akan mampu bertahan menghadapi
beratnya berbagai tantangan kehidupan. Orang yang semacam inilah yang harus
dipersiapkan dengan pendidikan Islami yang bermula dari rumah.
b. Membentuk
anak sebagai insan yang bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Ia
mengerti dan memahami ilmu agama, kemudian mampu mengamalkan dan
mendakwahkannya, serta bersabar tatkala mempelajari, mengamalkan dan
mendakwahkan ilmu agama.
c. Membentuk
anak sebagai generasi yang kuat. Kuat yang dimaksud adalah kuat secara iman,
fisik, mental, keterampilan, ekonomi, dan sebagainya. Karena itu, anak harus
dibentuk sebagai pribadi yang memiliki kekuatan dengan cara menjalankan
pendidikan yang baik di dalam rumah, dan memberkan pendidikan tambahan di luar
rumah melalui lingkungan maupun sekolah.
d. Menjadikan
anak tersebut sebagai anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya, baik
tatkala orang tua masih hidup maupun setelah meninggal. Mengenai hal ini,
Rasulullah Saw bersabda, “Bila anak keturunan Adam meninggal, terputuslah
amalnya, kecuali tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak
shalih yang senantiasa mendo’akan (orang tuanya). [HR Muslim & Abu Dawud]
F. Pola
Pendidikan Antara Barat dan Timur
Untuk melihat seberapa jauh perbedaanya
kita bisa mebandingkan dari beberapa aspek seperti:
a. Waktu
Orang Timur terkenal kurang menghargai
waktu kalau ada janji. Berbeda dengan orang Barat, mereka sangat menghargai
waktu.
b. Hubungan
antar manusia
Orang Timur sangat senang jika selalu
bersama keluarga, berbeda dengan orang Barat yang cenderung individualis. Karena itu orang Timur sangat bersosialisasi
, tak heran jika situs media soal seperti Twitter dan Facebook lebih banyak diminati oleh orang
Timur, khususnya Indonesia.
c. Membesarkan
Anak
Di keluarga orang Timur terutama di
Indonesia, perlakuan orangtua terhadap anak sudah sangat memanjakan, sehingga
anak tidak mandiri. Berbeda dengan keluarga orang Barat, anak-anak mereka
dididik supaya mandiri semenjak kecil, setelah dewasa orangtua sudah
melepaskannya. Karena terdidik mandiri sejak kecil, umumnya orang Barat lebih
percaya diri dibanding orang Timur.
d. Tren
Orang Timur kalau ada sesuatu yang baru,
belum puas kalau belum sampai memilikinya, makanya tak heran kalau orang
Indonesia banyak yang konsumtif. Berbeda dengan orang Barat kalau ada sesuatu
yang baru, tidak serta merta membelinya.
e. Pendapat
Orang Timur cenderung berbelit-belit
dalam hal berargumen, terkadang harus berputar-putar dulu untuk mengatakan
sesuatu, padahal maksudnya tidak serumit yang dimaksud. Sangat berbeda dengan
orang Barat, mereka langsung ke pokok masalah dan mereka tidak biasa
berbasa-basi.
f. Emosi
Jika merasa perlu marah Kalau orang
Barat lagi marah memang benar-benar marah, beda kalau orang Asia lebih banyak
memedam amarah, terkadang ada istilah dibalik senyuman ada kebencian.
Tentu saja, tidak semua yang dari Barat
itu baik, dan tidak semua nilai-nilai Timur itu harus diganti. Nah sekarang
adalah peran Supermom dalam membesarkan Superkids. Dengan kombinasi yang tepat,
Supermoms pasti bisa sukses menerapkan pola asuh yang sesuai dengan kebutuhan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tugas
Dan Kewajiban Orang Tua
1.
Ketika Dalam Kandungan
Setiap
muslim akan merasa kagum dengan kebesaran Islam. Islam adalah agama kasih
sayang dan kebajikan. Islam memberikan perhatian besar kepada anak ketika masih
menjadi janin dalam kandungan ibunya. Islam mensyariatkan kepada ibu hamil agar
tidak berpuasa pada bulan Ramadhan untuk kepentingan janin yang dikandungnya.
Sabda Rasulullah :
“Sesungguhnya
Allah membebaskan separuh shalat bagi orang yang bepergian, dan (membebaskan)
puasa bagi orang yang bepergian, wanita menyusui dan wanita hamil” (Hadits
riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasa’i. Kata Al Albani dalam Takhrij al
Misykat: “Isnad hadits inijayyid’ )
Sang
ibu hendaklah berdo’a untuk bayinya dan memohon kepada Allah agar dijadikan
anak yang shaleh dan baik, bermanfaat bagi kedua orangtua dan seluruh kaum
muslimin. Karena termasuk do’a yang dikabulkan adalah do’a orangtua untuk
anaknya.
2.
Memperhatikan Anak Setelah Lahir
Setelah
kelahiran anak, dianjurkan bagi orangtua atau wali dan orang di sekitamya
melakukan hal-hal berikut :
a.
Menyampaikan kabar gembira dan ucapan
selamat atas kelahiran.
Begitu
melahirkan, sampaikanlah kabar gembira ini kepada keluarga dan sanak famili,
sehingga semua akan bersuka cita dengan berita gembira ini. Firman Allah 'Azza
Wa Jalla tentang kisah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam bersama malaikat: "Dan
isterinya berdiri (di balik tirai lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan
kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari lshaq (akan lahir
puteranya) Ya 'qub. " (Surah Hud : 71).
Dan
firman Allah tentang kisah Nabi Zakariya 'Alaihissalam: "Kemudian malaikat Jibril memanggil Zakariya, sedang
ia tengah berdiri melakukan
shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan
kelahiran (seorang puteramu ) Yahya " (Ali Imran: 39).
Adapun tahni'ah (ucapan selamat),
tidak ada nash khusus dari Rasul dalam hal ini, kecuali apa yang disampaikan
Aisyah Radhiyallahu 'Anha: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam apabila
dihadapkan kepada beliau anak-anak bayi, maka beliau mendo'akan keberkahan bagi
mereka dan mengolesi langit-langit mulutnya (dengan korma atau madu )" (
Hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud).
Abu Bakar bin Al Mundzir menuturkan:
Diriwayatkan kepada kami dari Hasan Basri, bahwa seorang laki-laki datang
kepadanya sedang ketika itu ada orang yang baru saja mendapat kelahiran
anaknya. Orang tadi berkata: Penunggang kuda menyampaikan selamat kepadamu.
Hasan pun berkata: Dari mana kau tahu apakah dia penunggang kuda atau himar?
Maka orang itu bertanya: Lain apa yang mesti kita ucapkan. Katanya: Ucapkanlah:
"Semoga berkah bagimu dalam anak, yang diberikan kepadamu, Kamu pun
bersyukur kepada Sang Pemberi, dikaruniai kebaikannya, dan dia mencapai
kedewasaannya" ( Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Tuhfatul fi Ahkamil Maulud.)
b.
Menyerukan adzan di telinga bayi.
Abu Rafi' Radhiyallahu 'Anhu
menuturkan: "Aku melihat Rasulullah memperdengarkan adzan pada telinga
Hasan bin Ali ketika dilahirkan Fatimah" ( Hadits riwayat Abu Dawud dan At
Tirmidzi).
Hikmahnya,
Wallahu A'lam, supaya adzan yang berisi pengagungan Allah dan dua kalimat
syahadat itu merupakan suara yang pertama kali masuk ke telinga bayi. Juga
sebagai perisai bagi anak, karena adzan berpengaruh untuk mengusir dan
menjauhkan syaitan dari bayi yang baru lahir, yang ia senantiasa berupaya untuk
mengganggu dan mencelakakannya. Ini sesuai dengan pernyataan hadits:
"
Jika diserukan adzan untuk shalat, syaitan lari terbirit-birit dengan
mengeluarkan kentut sampai
tidak mendengar seruan adzan" (Ibid)
c.
Tahnik (Mengolesi langit-langit mulut).
Termasuk
sunnah yang seyogianya dilakukan pada saat menerima kelahiran bayi adalah
tahnik, yaitu melembutkan sebutir korma dengan dikunyah atau menghaluskannya
dengan cara yang sesuai lalu dioleskan di langit-langit mulut bayi.
Caranya,dengan
menaruh sebagian korma yang sudah lembut di ujung jari lain dimasukkan ke dalam
mulut bayi dan digerakkan dengan lembut ke kanan dan ke kiri sampai merata.
Jika tidak ada korma, maka diolesi dengan sesuatu yang manis (seperti madu atau
gula). Abu Musa menuturkan:
"Ketika aku dikaruniai seorang
anak laki-laki, aku datang kepada Nabi, maka beliau menamainya Ibrahim,
mentahniknya dengan korma dan mendo'akan keberkahan baginya, kemudian
menyerahkan kepadaku".
Tahnik mempunyai pengaruh kesehatan
sebagaimana dikatakan para dokter. Dr. Faruq Masahil dalam tulisan beliau yang
dimuat majalah Al Ummah, Qatar, edisi 50, menyebutkan: "Tahnik dengan
ukuran apapun merupakan mu'jizat Nabi dalam bidang kedokteran selama empat
belas abad, agar umat manusia mengenal tujuan dan hikmah di baliknya. Para
dokter telah membuktikan bahwa semua anak kecil (terutama yang baru lahir dan
menyusu) terancam kematian, kalau terjadi salah satu dari dua hal:
a. Jika kekurangan jumlah gula dalam
darah (karena kelaparan).
b.
Jika suhu badannya menurun ketika kena udara dingin di sekelilingnya."'
d.
Memberi nama.
Termasuk hak seorang anak terhadap
orangtua adalah memberi nama yang baik. Diriwayatkan dari Wahb Al Khats'ami
bahwa Rasulullah bersabda:
" Pakailah nama nabi-nabi, dan
nama yang amat disukai Allah Ta'ala yaitu Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama
yang paling manis yaitu Harits dan Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu
Harb dan Murrah" ( HR.Abu Daud An Nasa'i)
Pemberian nama merupakan hak
bapak.Tetapi boleh baginya menyerahkan hal itu kepada ibu. Boleh juga
diserahkan kepada kakek, nenek,atau selain mereka.
Rasulullah merasa optimis dengan
nama-nama yang baik. Disebutkan Ibnul Qayim dalam Tuhfaful Wadttd bi Ahkami
Maulud, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam tatkala melihat Suhail bin
Amr datang pada hari Perjanjian Hudaibiyah beliau bersabda: "Semoga mudah
urusanmu"
Dalam suatu perjalanan beliau
mendapatkan dua buah gunung, lain beliau bertanya tentang namanya. Ketika
diberitahu namanya Makhez dan Fadhih, beliaupun berbelok arah dan tidak
melaluinya.( Ibnu Qayim Al Jauziyah, Tuhfatul Wadud, hal. 41.)
Termasuk tuntunan Nabi mengganti
nama yang jelek dengan nama yang baik. Beliau pernah mengganti nama seseorang
'Ashiyah dengan Jamilah, Ashram dengan Zur'ah. Disebutkan oleh Abu Dawud dalam
kitab Sunan :"Nabi mengganti nama 'Ashi, 'Aziz, Ghaflah, Syaithan, Al
Hakam dan Ghurab. Beliau mengganti nama Syihab dengan Hisyam, Harb dengan
Aslam, Al Mudhtaji' dengan Al Munba'its, Tanah Qafrah (Tandus) dengan Khudrah
(Hijau), Kampung Dhalalah (Kesesatan) dengan Kampung Hidayah (Petunjuk), dan Banu
Zanyah (Anak keturunan haram) dengan Banu Rasydah (Anak keturunan balk)."
(Ibid)
e.
Aqiqah.
Yaitu kambing yang disembelih untuk
bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan
Salman bin Ammar Adh Dhabbi, katanya:
Rasulullah bersabda:
"Setiap anak membawa aqiqah,
maka sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya" (HR. Al
Bukhari.)
Dari Aisyah Radhiyallahu
'Anha,bahwaRasulullah bersabda:
"Untuk anak laki-laki dua ekor
kambing yang sebanding, sedang untuk anak perempuan seekor kambing" (HR.
Ahmad dan Turmudzi).
Aqiqah merupakah sunnah yang
dianjurkan. Demikian menurut pendapat yang kuat dari para ulama. Adapun waktu
penyembelihannya yaitu hari ketujuh dari kelahiran. Namun, jika tidak bisa
dilaksanakan pada hari ketujuh boleh dilaksanakan kapan saja, Wallahu A'lam.
Ketentuan kambing yang bisa untuk
aqiqah sama dengan yang ditentukan untuk kurban. Dari jenis domba berumur tidak
kurang dari 6 bulan, sedang dari jenis kambing kacang berumur tidak kurang dari
1 tahun, dan harus bebas dari cacat.
f.
Mencukur rambut bayi dan bersedekah
perak seberat timbangannya.
Hal ini mempunyai banyak faedah,
antara lain: mencukur rambut bayi dapat memperkuat kepala, membuka pori-pori di
samping memperkuat indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. (Abdullah
Nasih Ulwan, Tarbiyatul Auladfil Islam, juz 1.)
Bersedekah perak seberat timbangan
rambutnya pun mempunyai faedah yang jelas.
Diriwayatkan dari Ja'far bin
Muhammad, dari bapaknya, katanya:
"Fatimah Radhiyalllahu 'anha
menimbang rambut Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kaltsum; lalu ia mengeluarkan
sedekah berupa perak seberat timbangannya (HR. Imam Malik dalam Al Muwaththa')
g.
Khitan.
Yaitu memotong kulup atau bagian
kulit sekitar kepala zakar pada anak laki-laki, atau bagian kulit yang menonjol
di atas pintu vagina pada anak perempuan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'Anhu bahwa Rasulullah bersabda:
"Fitrah itu lima: khitan,
mencukur rambut kemaluan, memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu
ketiak" (HR. Al-bukhari, Muslim)
Khitan wajib hukumnya bagi kaum
pria, dan rnustahab (dianjurkan) bagi kaum wanita.WallahuA'lam. Inilah beberapa
etika terpenting yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh orangtua atau
pada saat-saat pertama dari kelahiran anak.
C. Cara
Mendidik Anak Dalam Islam
Sebagai orangtua maupun guru hendaknya
mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa
jalla terhadap pendidikan putra-putri islam.
Tentang
perkara ini, Allah azza wa jalla berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6)
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap di antara kalian
adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban”
Untuk itu tidak bisa tidak seorang guru
atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak
serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini,
Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beberapa tuntunan cara
mendidik anak dalam Islam tersebut antara lain:
1. Menanamkan
Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri
bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka
dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid
dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia
serta kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi
orang-orang yang Allah kehendaki” (An- Nisa: 48)
Oleh
karena itu, di dalam Al-Quran pula Allah kisahkan nasehat Luqman kepada
anaknya. Salah satunya berbunyi,
يَا
بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezhaliman yang besar”.(Luqman: 13)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
sendiri telah memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ini ketika beliau
mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang
hasan. Ibnu Abbas bercerita,
“Pada suatu hari aku
pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata
kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah
Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati
Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau
meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat
(jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat
kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah
ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat
(jin dan manusia)berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu
mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai
dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran”.
Perkara-perkara yang diajarkan oleh
Rasulllah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas di atas adalah perkara
tauhid. Termasuk aqidah yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini adalah
tentang di mana Allah berada. Ini sangat penting, karena banyak kaum muslimin
yang salah dalam perkara ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana.
Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah ada di hati kita, dan beragam pendapat
lainnya. Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa Allah itu berada di atas arsy,
yaitu di atas langit. Dalilnya antara lain,“Ar-Rahman
beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5)
Adapun
dari hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab,
“Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab,
“Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena
sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”. (HR. Muslim dan Abu Daud).
2. Mengajari
Anak untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri kita
diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa serta
beragam ibadah lainnya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلُّوا
كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Al-Bukhari).
“Ajarilah anak-anak
kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka
ketika mereka berusia sepuluh tahun (bila tidak mau shalat-pen)” (Shahih. Lihat
Shahih Shahihil Jami’ karya Al-Albani).
Bila mereka telah bisa menjaga
ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat
berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika
dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
3. Mengajarkan
Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan
surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru
khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits.
Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai
menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
4. Mendidik
Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab
Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan,
menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan
kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti
kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang
lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.
5. Melarang
Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin
diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan,
seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim,
durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya.
Termasuk ke dalam permasalahan ini
adalah musik dan gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan guru yang tidak
mengetahui keharaman dua perkara ini, sehingga mereka membiarkan anak-anak
bermain-main dengannya. Bahkan lebih dari itu kita berlindung kepada Allah
sebagian mereka menjadikan dua perkara ini sebagai metode pembelajaran bagi
anak, dan memuji-mujinya sebagai cara belajar yang baik! Padahal Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda tentang musik,
لَيَكُونَنَّ
مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ اَلْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh akan ada dari
umatku yang menghalalkan zina, sutra, khamr dan al-ma’azif (alat-alat musik)”.
(Shahih, HR. Al-Bukhari dan Abu Daud).
Maknanya: Akan datang dari muslimin
kaum-kaum yang meyakini bahwa perzinahan, mengenakan sutra asli (bagi
laki-laki, pent.), minum khamar dan musik sebagai perkara yang halal, padahal
perkara tersebut adalah haram.
Dan al-ma’azif adalah setiap alat yang
bernada dan bersuara teratur seperti kecapi, seruling, drum, gendang, rebana
dan yang lainnya. Bahkan lonceng juga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Lonceng itu serulingnya syaithan”. (HR.
Muslim).
Adapun tentang gambar, guru terbaik umat
ini (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah bersabda,
كُلُّ
مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ، يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ
فِي جَهَنَّمَ
“Seluruh tukang gambar
(mahluk hidup) di neraka, maka kelak Allah akan jadikan pada setiap
gambar-gambarnya menjadi hidup, kemudian gambar-gambar itu akan mengadzab dia
di neraka jahannam”(HR. Muslim).
إِنِّ
أَشَدَّ النَّاسِ عَذَاباً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اَلْمُصَوِّرُوْنَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah
para tukang gambar.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu hendaknya kita melarang
anak-anak kita dari menggambar mahkluk hidup. Adapun gambar pemandangan, mobil,
pesawat dan yang semacamnya maka ini tidaklah mengapa selama tidak ada gambar
makhluk hidupnya.
6. Menanamkan
Cinta Jihad serta Keberanian
Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah
keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam
agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan
sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah
membebaskan negeri-negeri.
Tanamkan pula kepada mereka kebencian
kepada orang-orang kafir. Tanamkan bahwa kaum muslimin akan membebaskan Al-Quds
ketika mereka mau kembali mempelajari Islam dan berjihad di jalan Allah. Mereka
akan ditolong dengan seizin Allah.
Didiklah mereka agar berani beramar
ma’ruf nahi munkar, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada
Allah. Dan tidak boleh menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita bohong, horor
serta menakuti mereka dengan gelap.
7. Membiasakan
Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya anak-anak dibiasakan
menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan
pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan
anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan
menunjukkan aurat.
Tentang
hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang meniru
sebuah kaum, maka dia termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)
Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah
agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka
akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.
Demikianlah beberapa tuntunan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak. Hendaknya para
orang tua dan pendidik bisa merealisasikannya dalam pendidikan mereka terhadap
anak-anak. Dan hendaknya pula mereka ingat, untuk selalu bersabar, menasehati
putra-putri Islam dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jangan membentak atau
mencela mereka, apalagi sampai mengumbar-umbar kesalahan mereka.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak adalah amanah dari Alloh, dan kita
diperintahkan agar bisa menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya. Semoga kita
mampu menjaga dan menunaikan amanat yang diberikan kepada kita.
Semua anak dilahirkan diatas fitrah,
orang tuanya-lah yang menjadikannya yahud, nashrani atau majusi. Dan barang
siapa yang tidak menepati amanahnya, maka Allah akan mengazabnya di akhirat
nanti Semoga kita mampu menjaga dan menunaikan amanat yang diberikan kepada
kita.
B. SARAN
Kesempurnaan hanya milik Alloh Ta’ala
dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan maka dari itu demi
kesempurnaan makalah ini penulis harapkan ada saran dan kritik yang membangun
dari pembaca
akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua dan mudah-mudahan diridhoi oleh Alloh Ta’ala Amin.
DAFTAR PUSTAKA
-Al-qur’an
dan terjemahannya
-Nusaibah
Ahmad Amru Abu Lailah, Rahasia Umur 7 Hari Smpai 7 Tahun, Cinta,2009
-Salim
Bin Ali Bin Rosyid As Syably, Ahkamu Al Maulud Fi As Sunnati Al Muthohharoh, Al Maktab Al Islami Riyad, 2005
-Adil
Fathi Abdulloh,Strategi Mengenali Anak Selama Masa Pertumbuhan, samudra, 2007
-Dr.
Hamid Ahmad AthThohir, Akhlaq Islami Si Buah Hati, pustaka Arofah, 2004
-Abla
Bassat Gomma, Mendidik Mentalitas Anak, Samudra,2007
-Dari
internet pengertian pendidikan menurut islam, tarbiatul aulad, cara mendidik
anak menurut sunah.